Bersyukur dengan Tetap Aktif dan Fit di Usia Produktif

Akhir – akhir ini saya menemukan fakta bahwa orang – orang di sekitar saya ‘memutuskan’ untuk menjadi kurang produktif. Produktif yang saya maksudkan bukan hanya bekerja dan menghasilkan uang. Kalau dilihat dari segi itu, mungkin, saya akan kalah jauh dari mereka yang punya tubuh malas tapi punya salary yang jauh lebih tinggi. Dari segi pekerjaan, outlook, dan barang pribadi yang dimiliki, saya tentu kalah ‘produktif’ (kalau mendasarkan pada hal tadi). PRODUKTIF = MAPAN? Bukan, bukan itu yang saya maksud. Produktif di sini maksudnya adalah memiliki keseimbangan tubuh di dalam dan di luar pekerjaan. Jadi bukan hanya tetap aktif di kantor, tapi juga di luar kantor.

       Ini menjadi hal yang penting, juga bagi saya, karena saya sendiri nggak pingin punya tubuh yang tidak ideal, mudah sakit, dan lemah. To be honest, saya sangat bersyukur diberi tubuh yang ideal, tidak terlalu kurus dan tidak juga gemuk, tidak mudah gemuk tapi juga nggak mudah terkuras bobotnya akibat stres ataupun aktivitas yang banyak. Bukan hanya tubuh, tapi juga pikiran. Punya pikiran yang mudah sakit (stress) karena lemah, rasanya nggak enak juga. Nah, keseimbangan untuk tetap aktif antara tubuh dan pikiran inilah yang menjadi titik berat sharing saya.

       Sejak akhir tahun lalu, saya memutuskan untuk banyak meluangkan waktu bersenang-senang di tahun ini, perbanyak ngetrip. Saya memilih alasan ini karena saya sudah mulai sering stres mikirin masa depan, nikah dll, sementara kondisi belum memungkinkan, yang membuat saya harus lebih sabar, menunggu. Penting untuk mengisi jadwal dengan kegiatan fisik, tentunya yang menyenangkan, sembari menunggu. Karena menunggu bagi saya adalah hal yang sangat membosankan. Menunggu tanpa melakukan sesuatu, membuat saya jadi cepat dihinggapi stres akibat masalah yang sama. Sementara, saya adalah orang yang tipenya harus dibuat sibuk supaya nggak kebanyakan mikir. Kalau kebanyakan mikir, ujung – ujungnya mulai melow lagi.

Image

                                                     motto baru. gambar diambil dari sini

       Mulai tahun 2014 ini, saya coba perbaharui destinasi jalan-jalan, dari yang semula hanya pantai dan pantai lagi, sekarang disisipkan destinasi gunung. Pengalaman ke Gunung Papandayan jadi pengalaman naik gunung saya yang pertama, yang memberi saya banyak pelajaran berharga. Memang, gunungnya tidak sebegitu tinggi, karena saya juga newbie, nggak berani ambil resiko langsung ke gunung yang treknya ekstrim. Oya, untuk pendakian-pendakian lain akan saya mulai share di Twitter @nderahma dengan hashtag #NewbieMendaki. Yang pasti, benar kata orang bahwa karakter seseorang yang sebenarnya akan muncul ketika naik gunung. Saya sendiri mencoba untuk tidak banyak mengeluh dan lebih mementingkan bagaimana caranya untuk tetap melangkahkan kaki sambil menikmati the journey. Pendakian itu memberi saya manfaat langsung. Selain merasa sangat sehat dan fit setelah selesai mendaki, saya juga mencoba untuk menerapkan prinsip yang saya garisbawahi tadi di keseharian saya. Jujur aja, setelah pendakian Papandayan, saya semangat untuk mencari trip pendakian yang lain. Sampe pada long weekend kemarin, tanggal 18 (Jumat), saya ikut trekking ke Gunung Munara. Seru!

       Walaupun pulang dari trekking Gn. Munara, betis – lutut – paha pada pegel, *gara-gara udah jarang berenang, tapi besokannya, badan terasa lebih enteng dan berasa lebih kenceng. Image Seriusan. Waktu pulang dari Papandayan malah lebih sehat lagi, karena nggak berasa pegel – pegel sama sekali. Kereen, bukaan? hehehh..

       Keep Active and Stay Fit. Seperti halnya gambar di atas, memberi saya pemahaman baru soal bersyukur memiliki tubuh yang sehat dan lengkap. Intinya bersyukur dengan menjaga kesehatan sebisa mungkin. Kalau beberapa bulan ini saya sudah mulai jarang berenang, bukan berarti saya malas berolahraga. Buktinya, beberapa minggu lalu, saya mengganti berenang dengan jogging. Keduanya menyenangkan sih, dengan cara yang berbeda. Swimming made my spinal very happy. Sedangkan jogging membuat kaki dan perut saya hepi, because there is a time I prefer jogging, olah raga yang berkeringat (dan gratis) hohoho.. Selain memang saya ingin mulai melatih kaki dan pernafasan untuk persiapan mendaki di akhir Bulan Mei nanti,… 3676 mdpl !!!!

       Well, sebetulnya, postingan ini merupakan keresahan saya. Ceritanya, beberapa minggu lalu saya bertemu teman lama. Kami mengobrol agak lama dan saling bertanya kegiatan masing – masing.. pekerjaan, dan keseharian. Waktu itu dia melihat saya bawa kantong plastik dan bertanya apa isinya. Saya bilang itu gaiter dan topi rimba. 

“Ngapain sih lo naik gunung, capek-capek-in (diri sendiri) aja..”

Saya diem. Saya sih yakin penjelasan saya nggak akan mengena di pikiran dia. Tapi saya coba jelaskan.

“Seru. Naik gunung itu seru. Banyak pelajaran yang gue ambil selama nanjak.” Lalu saya mulai bertanya apa kegiatannya di waktu luang. “Trus lo ngapain aja kalo liburan?” tanya saya.

“Tidur.”

“Hah? Tidur?”

“Iya gue males ngapa-ngapain.”

       Okey… Semua orang berhak dan suka – suka menghabiskan waktunya. Jalan – jalan, hangout, diem di rumah. Semua ada waktunya. Mood juga nggak bisa dipaksa karena kadang berubah – ubah.

       Tapi, apa nggak sayang ya sama badan sendiri? Makin dibuat males, badan jadi makin sulit buat diajak gerak, ya kan..? Makanya, saya pingin saya bisa tetap aktif, walaupun itu olah raga seminggu sekali, berenang atau jogging. Kepinginnya malah tiap pagi jogging, tapi nggak ada temen jadinya males *tuh kaan udah mulai keluar kata – kata MALES XP

       Selain itu, sering banget di kantor, weice – weicenya bilang, dan yang lain terlihat agak minder (atau iri?) ngeliat badan saya. “Mba Nde kurus banget sih?”, “Lo makannya dua kali lipat gw tapi nggak gendut – gendut” atau ada sekali waktu saya dan teman – teman makan bareng dengan porsi sangat banyak, kami reflek ngelus – elus perut, kemudian salah satu teman nyeletuk, “Perut lo mah kecil kali..” Lalu kenapa? Kenapa harus ada nada – nada “miring” soal badan saya? (ehm, saya sih merasa disanjung sebenernya muahaha). Juga sewaktu salah satu teman menyadari kalau berat badan dia lebih banyak 8 kilogram dari saya, dia mulai murung.

“Gimana nih? Harus diet…” apalagi pacarnya udah mulai manggil – manggil dia dengan sebutan Gendut. Yah, mana ada sih perempuan yang mau dibilang gitu sama pacarnya sendiri (walaupun dengan maksud bercanda).

“Lo olah raga nggak?” tanya saya.

“Naah itu. Enggak. Susah,” 

I don’t get it. Perhatikan percakapan saya selanjutnya.

“Ya ampuuun…. Lo tinggal keluar kamar udah ada treadmill dll kaliiii,” sahut saya.

“Iyasih, tapi……………………” Kata TAPI memang selalu dipakai untuk mengutarakan alasan – alasan berupa penolakan atau pembelaan. Kalau kita udah punya kemauan atau niat, kemudian diiringi kata TAPI, sudah jelas niatan itu akan terhalang. Hampir pasti. Udah ya, case closed.

       Back to my routine. Sekarang ini saya lagi pengen banget aktif – aktifnya. Naik gunung, berenang lagi kalau bisa seminggu sekali (tergantung ada kegiatan lain atau nggak), jogging kalau bisa sih sabtu – minggu (pinginnya tiap pagi huhuuu, ada yang mau nemenin?), dan sekarang tiap bangun pagi saya mulai menerapkan Yoga in The Morning atau Morning Yoga. Lebih tepatnya latihan dengan mencontek Good Morning Yoga Sequence. Ini diawali dengan kesamaan alasan saya untuk berenang, yaitu menjaga kesehatan tulang belakang, mengingat pekerjaan saya mengharuskan duduk berlama – lama di depan layar monitor (which means itu sama aja dengan menyiksa si tulang belakang). Nah, karena saya sudah jarang berenang, saya merasa tetap harus menjaga kesehatan tulang belakang.

Image

                                                                                gambar pinjem dari sini

       Sewaktu tinggal di Jogja, saya hampir ikutan kegiatan Yoga For Healthy Spinal, tapi urung karena waktu itu saya belum sempat melakukan pemindaian X-Ray terhadap tulang belakang saya (yang merupakan salah satu syaratnya). Setelah pulang ke rumah dan melakukan rontgen, justru sulit mencari tempat yoga yang sama murahnya heeee *masalah dompet ini sih*. Tapi saya nggak mau kehilangan akal, saya pun mulai googling dan terhubung ke laman ini ono. Bermanfaat sekaliiii…

       Setelah mencoba sendiri, rasanya… sulit dideskripsikan dengan kata – kata. I will definetely do it everyday. Enak bangeeeeeeettt.. tulang belakang rasanya kayak abis dipijit – pijit, rileks banget. I will share you here my favourite pose from the top (*info gerakan bisa dibaca di link-nya supaya jelas):

  1. Bridge Pose (Setu Bandha Sarvangasana). Awalnya saya pikir susah banget ngelakuin pose ini. Ternyata setelah dicoba, rasanya super duper enak di spinal. Cukup 30 detik sampe satu menit aja, efeknya kayak berenang setengah jam.
  2. Cat Pose (Marjaryasana). Yang biasanya dipasangkan dengan Cow Pose (Bitilasana).
  3. Extended Puppy Pose (Uttana Sishosana). Sure, gerakan ini enak banget buat peregangan tulang belakang. Atau juga disebut Child Pose.
  4. Upward Facing Dog (Urdhva Mukha Svanasana). Atau kalau mau liat yang lengkap satu paket langsung sih bisa diliat di slideshow ini.  Beberapa waktu lalu saya memang juga tertarik ke musik meditasi. Tapi cuma ke musiknya aja, buat didengerin di jalan dan sangat membantu saya untuk merasa mengantuk di kala insomnia, sangat. Bahkan musik meditasi favorit saya ini bikin saya mengkhayal ada di Eropa. wuooo ngareppp. *nanti dibahas di kesempatan lain yah soal musik ini. masih ngumpulin musik lain yang enak, kalo ada.

         Yuhuuuuuuuu… semoga kamu juga tetap bisa (mau) menjaga kesehatan dengan tetap aktif yah… 😉

2 thoughts on “Bersyukur dengan Tetap Aktif dan Fit di Usia Produktif

Leave a comment