Mencoba Cita Rasa Ayam Goreng Banjar Samarinda

Siapa sih yang tak suka ayam goreng? Dari anak kecil sampai orang tua pasti suka. Di mana-mana, restoran ayam goreng yang legendaris pasti disukai pelanggan. Di Samarinda, ada satu tempat makan ayam goreng yang bisa dikatakan favorit warga Samarinda. Namanya RM Ayam Goreng Banjar. 

Makanan di Samarinda memang banyak dipengaruhi oleh cita rasa kuliner Banjar (Banjarmasin), Makassar, dan Jawa Timur. Mungkin karena di Samarinda kebanyakan adalah pendatang dari tiga daerah tersebut.

RM Ayam Goreng Banjar terletak di Jl. Abdul Hasan No.54. Ada dua rumah makan yang terpaut jarak sekitar 20-an meter yang menawarkan ayam goreng khas Banjar. Katanya sih masing-masing punya cita rasa yang berbeda. Saya baru sempat icip di salah satunya saja.

IMG_2854

ayam goreng khas Banjar

Setiap memesan menu ayam goreng di RM Ayam Goreng Banjar akan dilengkapi dengan nasi putih, ati ampela masak merah, dan sayur bening. Berhubung setiap lewat parkirannya selalu ramai di rumah makan yang cukup terkenal ini, saya tak menolak untuk diajak icip-icip di RM Ayam Goreng Banjar. 

Ayam goreng yang disajikan bukan ayam goreng panas yang baru digoreng seperti di tempat lain. Teksturnya sangat kering dan cenderung keras sewaktu dikunyah. Ahh, maafkan, tapi rasa gurihnya tak membantu menaikkan mood saya sewaktu menyantap ayam goreng ini. Seperti yang saya bilang, menyoal legendaris bukan berarti pas di lidah saya. Maklum, lidah saya masih lidah Pulau Jawa. Masih jauh lebih enak ayam kampung goreng, bahkan ayam goreng bikinan sendiri di rumah.

Untuk ati-ampela masak merah, rasanya cukup enak, legit dan manis. Justru menu inilah yang jadi penghibur saya waktu makan di RM Ayam Goreng Banjar. Sayur beningnya, aduhai, saya gak sentuh sama sekali sejak sendokan pertama.

Okelah, cukup sekali untuk memenuhi rasa penasaran saya. Di Samarinda ini saya cukup selektif memilih jajanan atau makanan di luar makanan yang saya masak. Saya dan suami biasanya seminggu sekali makan di luar untuk menyelingi masakan yang dibuat sendiri di rumah. Intinya supaya tidak bosan sekaligus mengexplore kuliner di Samarinda sedikit-sedikit.

RM Ayam Goreng Banjar Samarinda, once is enough. Kalau ada Ayam Kremes Bu Tjondro di Samarinda, jelas saya akan pilih Ayam Kremes Bu Tjondro. Ayam goreng khas Jawa masih yang paling enak sejauh ini. 2,5 out of 5I prefer try another place. 

Bubur Ayam Cianjur VS Bubur Ayam Samarinda

Di saat mulut malas mengunyah nasi, mie dan bubur bisa jadi pilihan. Saya cukup jeli melihat tempat-tempat makan setiap kali diajak suami jalan-jalan. Waktu itu, bangunan hijau bertuliskan Bubur Ayam Budi Banten menarik perhatian saya. Karena badan sedang dirasa kurang fit, maka saya titip suami untuk dibelikan bubur.

Waktu disajikan, penampilannya agak berbeda dari bubur yang dulu biasa saya beli. Saya paling suka bubur ayam ala Cianjur karena punya tekstur bubur yang agak encer dan wangi. Biasanya, bubur ayam Cianjur disajikan dengan kuah kuning / kecoklatan yang mereka buat sendiri. Ditabur ayam suwir, cakwe (kadang-kadang), kacang kedelai goreng, daun bawang dan seledri, serta kerupuk dan remahan emping. Saya suka banget apalagi ditambah sate usus atau sate ampela.

Bubur Ayam Budi Banten menyajikan Bubur Ayam Samarinda yang khas pada umumnya. Bubur ayam yang dilengkapi potongan ati-ampela dan telur rebus, disajikan dengan kuah bening (semacam itulah). Buat saya kelihatannya jadi seperti bubur ayam diguyur kuah sop. Rasa kuahnya gak setajam kuah / bumbu kuning ala bubur ayam Cianjur. Apalagi karena dibawa pulang (dibungkus), saya nggak bisa meracik bubur ayam sesuai dengan selera saya, banyak pakai lada putih dan sambal.

IMG_3726.JPG

“kuah” bubur ayam Samarinda

Diracik seperti apa pun, Bubur Ayam Samarinda di Bubur Ayam Budi Banten tidak memenuhi ekspektasi saya soal bubur ayam yang enak. Untuk mengubah dan menyesuaikan cita rasa di tempat yang berbeda memang nggak mudah ya. Di menu tertentu, rasa makanan di Samarinda rasanya kurang tasty, tapi di menu lain misalnya nasi kuning, mereka punya cita rasa yang lebih gurih tapi saya nggak cocok, tetap lebih suka nasi kuning ala Bandung / Jakarta dengan telur dadar, tempe kering, abon plus lalap dan sambal tomat.

Selain itu, Bubur Ayam Samarinda di Bubur Ayam Budi Banten dirasa cukup mahal. Dengan harga Rp 20.000 tapi tidak memenuhi cita rasa yang saya harapkan, tentu rasanya tak sepadan. Oh my, I missed Bubur Ayam Cianjur so badly. *tears*

IMG_3725

bubur kuah sop 😦

Bubur Ayam Budi Banten (saya belum tau apakah yang punya namanya Pak Budi yang berasal dari Banten) katanya merupakan tempat yang menyajikan Bubur Ayam Samarinda pertama di kota ini. Menurut tagline-nya sih begitu. Untuk warga Samarinda mungkin tempat ini bisa dikatakan legendaris. Meski buat saya, legendaris atau bukan, it doesn’t matter, yang penting rasanya enak. Jadi, ke-Banten-an Pak Budi dan saya (yang masih ber-KTP warga Tangerang, Banten) sama sekali enggak ada hubungannya untuk membantu rasa bubur yang mereka sajikan.

Di suatu pagi, tiba-tiba suami sudah menyiapkan seporsi Bubur Ayam Bandung yang dibelinya Rp 10.000 di Jl. Pramuka Samarinda. Kawasan ini terkenal banyak yang jual makanan karena letaknya yang berdekatan dengan kampus Universitas Mulawarman (Unmul). Ternyata kalau pagi ada tukang Bubur Ayam Bandung yang mangkal di salah satu sudut jalan itu.

Bubur Ayam Bandung yang mereka punya, lebih mirip dengan bubur ayam abang-abang gerobakan di Jakarta. Mereka punya kuah yang mirip dengan kuah Bubur Ayam Cianjur favorit saya, rasanya belum mendekati. Meski sejauh ini, Bubur Ayam Bandung yang jadi langganan kami ini, jadi satu-satunya pilihan dibanding Bubur Ayam SamarindaSorry, no pic. Udah kebayang lah ya gimana penampakan bubur ayam gerobakan ala abang-abang yang biasanya wara-wiri setiap pagi.

Kadangkala, untuk mengobati kerinduan, saya buat bubur ayam sendiri. Memang, prosesnya lama dan cukup ribet. Terutama membuat bubur, ayam suwir dan kuah buburnya. Bikin bubur sendiri gak cukup satu jam. Sedangkan makannya gak sampe 10 menit. Hiks.

Serba Iga di Iga Bakar Mas Giri Balikpapan

Di Samarinda, menu iga bakar agak sulit ditemukan. Terutama karena saya pendatang dan baru beberapa bulan tinggal di sini, jadi belum tau di mana tempat yang enak. Karena kebetulan sedang singgah di Balikpapan, maka kami pun penasaran mencoba menu serba iga di Iga Bakar Mas Giri Balikpapan. 

Di Jakarta dan sekitarnya, saya pernah beberapa kali icip Iga Bakar Karebosi yang legendaris, dan saya suka dengan daingnya yang tebal, teksturnya yang lembut dicampur bumbu kacang dan kuah gurih. Iga bakar di restoran Kairo juga enak. Meski patokan iga bakar yang enak menurut saya tetaplah Iga Bakar Karebosi. Saya rela makan pakai tangan dan berlumuran bumbu demi menikmati makanan enak, hehhe 😀

Di tempat lain dengan menu penyet iga bakar, lidah saya kurang bisa menerima rasanya (jika dibandingkan dengan harganya). Menu Iga, dalam cita rasa saya, paling enak ya cuma dibakar atau dibuat sup. Nah, ternyata di Iga Bakar Mas Giri Balikpapan, mereka menawarkan menu-menu lainnya yang lebih bervariasi seperti steak daging iga, gulai iga, iga lombok hijau dan lainnya. Saya menemukan menu lainnya yang cukup sedap, yaitu nasi goreng iga.

IMG_3969.JPG

Iga Bakar di Iga Bakar Mas Giri Balikpapan

Sesuai dengan menu jualan utama mereka, tak afdol rasanya kalau tak mencoba iga bakarnya. Sayang disayang, Iga Bakar Mas Giri Balikpapan punya cita rasa yang agak lain. Waktu menyantapnya, saya justru teringat sama selat solo. Yup, selat solo yang rasanya manis. Daging iganya hanya terdiri dari satu potongan iga, dan sausnya manis banget, sambal hijau pelengkapnya juga sama sekali nggak pedas. Seporsi Iga Bakar dihargai Rp 35.000 (kalau tidak salah). Pokoknya range harga makanan utama mereka sekitar Rp 35.000-Rp 40-ribuan.

IMG_3968

nasi goreng iga di Iga Bakar Mas Giri Balikpapan

Nasi goreng iga di Iga Bakar Mas Giri Balikpapan ternyata super sedap. I would definitely recommend this. Jujur aja, saya bukan penggemar berat nasi goreng, beda dengan suami yang doyan nyobain menu nasi goreng di tempat-tempat yang berbeda. Buat saya, nasi goreng ya rasanya gitu-gitu aja, meski tetap lain ya kalau nasi goreng gerobakan, restoran biasa dan restoran Cina.

Ternyata, nasi goreng iga yang mereka sajikan di Iga Bakar Mas Giri Balikpapan punya cita rasa yang unik, gurih tapi tidak berlebihan. Dibanderol Rp 40.000, nasi gorengnya dilengkapi dengan daging iga yang kinyil-kinyil alias kenyal tapi lembut. Waktu itu saya langsung nyeletuk, “Wah, ini nasi goreng paling enak yang pernah saya makan semenjak pindah ke luar pulau,” bahkan saya nggak inget kapan terakhir kali merasakan nasi goreng yang enak.

IMG_3967

Untuk minuman, suami pesan strawberry milkshake dan saya pesan jus alpukat. To be honest, gak ada yang istimewa di minuman mereka. Milkshakenya kemanisan dan jus alpukatnya kebanyakan es, rasa alpukatnya hilang, juga encer. Lain kali kalau ke Iga Bakar Mas Giri Balikpapan lagi, saya pesan minuman biasa aja deh, teh manis atau es jeruk.

Biasanya Iga Bakar Mas Giri Balikpapan ramai di saat makan siang, weekend, dan juga makan malam. Kedua kalinya ke sana, kami datang di hari biasa saat sore menjelang malam, cuma ada dua meja yang terisi.

Iga Bakar Mas Giri Balikpapan bukan satu-satunya gerai yang mereka punya. Cabangnya sudah cukup banyak, yaitu di Jakarta, Bandung, Malang, Purwokerto dan Medan. Meski tak akan kembali lagi demi iga bakar, telah terbukti kami balik lagi ke sana demi nasi goreng iga-nya. *thumbs up*

 

Sop Buntut Enak di Depot Anggrek Samarinda

Dalam keadaan hamil muda dan agak sulit makan makanan yang berbau tajam, suami menawarkan saya untuk makan sop buntut. Mengingat waktu itu kami baru menempuh perjalanan pulang dari Balikpapan, dalam kondisi badan yang terpapar AC sepanjang perjalanan, saya pun mengiyakan.

Suami membawa saya ke Depot Anggrek Samarinda. Di tempat yang cukup sederhana dan hanya terdiri dari beberapa meja ini, saya mencoba sop buntut kikil untuk menghangatkan perut.

IMG_4054

sop buntut campur kikil di depot anggrek samarinda

Semangkuk sop buntut di Depot Anggrek Samarinda dibanderol cukup mahal, yakni Rp 45.000, sudah termasuk nasi. Suami mencoba sop buntut sumsum seharga Rp 47.000. Es teh manis dihargai Rp 5.000 dan saya memesan jeruk nipis hangat seharga Rp 7.000 untuk menghilangkan rasa mual di perut.

Rasa sop buntut di Depot Anggrek Samarinda cukup enak dan gurih, daging sop dan kikil yang mereka sajikan sangat lembut, mudah dikunyah dan ditelan tanpa perlu banyak usaha, tak seperti kikil di warung biasa yang terasa keras atau kenyal. Sop buntut sumsum yang dipesan suami juga gurih. Meski ditawari karena katanya sumsum bagus untuk perkembangan tulang janin, saya menolak, karena tak kuasa melihat penampakannya.

Maklumlah, hamil muda kadang-kadang makan pun jadi kebanyakan mikir. Sumsum sapi yang kelihatannya cuma grindil-grindil putih di mata saya, meskipun dibilang enak, tetap visualisasinya tak mendukung waktu itu. Hihih..

IMG_4053

harga menu di Depot Anggrek Samarinda

Depot Anggrek Samarinda berada di Jl. Yos Sudarso No.22 Samarinda, dekat dengan Pelabuhan Samarinda. Selain menawarkan menu-menu tersebut, Depot Anggrek Samarinda juga menawarkan menu andalan lain seperti pempek dan nasi gila. Di laur menu makanan berat, Depot Anggrek Samarinda juga menjual kue-kue Lebaran dan kue khas Imlek yang dipajang di lemari kaca.

Coba-Cobi di Warung Ikan Bakar Pelangi Balikpapan

Karena kotanya dekat dengan laut, ga salah kalau Balikpapan punya kuliner andalannya seafood. Pertama kali diajakin makan siang di warung Ikan Bakar Pelangi Balikpapan saya sih ngikut aja. Suami pernah makan di sini sebelumnya, karena katanya enak, dia pun kemudian mengajak saya.

Posisi Warung Ikan Bakar Pelangi Balikpapan ini berada di Jl. Marsma R. Iswahyudi, cukup dekat dengan Bandara Sepinggan Balikpapan, sekitar 300m ke arah dalam kota. Letaknya bersebrangan jalan dengan bandara. Bagi yang belum pernah tau, gak akan pernah nyangka ada warung makan di dalam gang sempit begitu.

Dari seberang, yang kelihatan bukan warung makan, tapi travel agent (kalo nggak salah). Mobil-mobil pengunjung diparkir di depan bangunan ini. Dan Warung Ikan Bakar Pelangi Balikpapan berada persis di samping toko tersebut. Bangunannya sederhana dan terbuat dari kayu dengan dominasi warna biru.

Berhubung masih merasa mual karena hamil muda, saya gak makan banyak. Kami hanya memesan ikan bakar, pete bakar dan terong bakar. Suami cuma bilang pesan ikan pantai selatan, jadi saya nggak begitu hafal ikan apa yang mereka sajikan. Yang jelas ikan bakarnya enak, disajikan dengan bumbu kuning yang gurih. Tekstur ikannya padat tapi cukup lembut. Pete bakar dan terong bakarnya juga enak. Baru kali ini saya nyobain makan terong bakar, rasanya lembut lebih daripada jantung pisang yang dibakar.

IMG_3957.JPG

Sambal yang disajikan di Warung Ikan Bakar Pelangi Balikpapan adalah sambal tomat yang nggak pedas sama sekali (menurut saya). Selain itu, semua menu dilengkapi dengan sayur bayam bening, lalapan timun dan kemangi, serta daun singkong rebus. Dengan menu tersebut kami perlu merogoh kocek sekitar Rp 130ribu-an (sudah termasuk pajak). Agak pricey sih mengingat menu yang kami pesan juga nggak banyak. Mungkin kalau makan dengan jumlah orang yang banyak akan lebih worth the price karena bisa coba-cobi menu lainnya. Tapi kalau dihitung, rata-rata makan per orang mulai dari Rp 60ribu-an, tergantung menu yang dipesan. Menu lainnya yang jadi andalan adalah udang galah dengan ukuran jumbo.

Saya kurang mengerti keramahan pelayanan di Warung Ikan Bakar Pelangi Balikpapan. Dengan jumlah orang dan pesanan menu yang banyak, mungkin mereka akan lebih ramah. Tapi kalau dipikir-pikir, gak heran ya mereka terlihat kurang ramah kalau pesanannya minim seperti saya waktu itu, hehee. Tadinya kami mau pesan menu lain tapi kami batalkan karena makan berdua hanya dengan menu tersebut ternyata sudah cukup kenyang di perut kami.

 

Icip-Icip Kuliner Seafood di Pondok Borneo

Waktu pertama kali pindah ke Samarinda dan searching kuliner seafood, salah satu yang muncul adalah kuliner seafood Pondok Borneo. Bisa dibilang, restoran ini adalah pionir di Samarinda. Bahkan, situs Tripadvisor menobatkannya sebagai #1 restaurant in Samarinda. 

Kebetulan, ehm, kebetulan apa memang kepingin *nyengir*… Waktu ulang tahun saya, suami ngajak makan di sini. Ehm, siapa yang nolak? Hehehe. Kebetulan lainnya, saya sedang hamil, dan banyak yang menyarankan saya untuk menyantap seafood. Jadilah kami icip-icip kuliner seafood di Pondok Borneo. 

Yang menjadi menu andalan di tempat ini adalah kepiting asap dan menu olahan kepiting lainnya. Kami pun memilih kepiting saus lada hitam ala Pondok Borneo. Saya pikir, mereka akan memberikan kami satu porsi kepiting berisi satu ekor kepiting aja. Ehhh, yang datang ternyata porsi super jumbo.

IMG_4114

Kepiting Lada Hitam ala Pondok Borneo

Ukuran satu kepitingnya sebesar telapak tangan orang dewasa. Saya sampai klenger dibuatnya. Menu lain yang kami pesan di kuliner seafood Pondok Borneo adalah cumi telur asin dan ikan bakar. Semua menunya enak. Terutama karena saya juga suka sekali menu cumi telur asin, jadi saya rela icip menu ini di manapun tempat seafood yang direkomendasikan.

IMG_4116

Sambal yang disajikan adalah sambal terasi dan sambal mangga. Keduanya cucok di lidah. Sebetulnya dengan pilihan menu di atas, bisa memenuhi perut tiga sampai empat orang. Emm, begitu juga dengan harganya, hihiii.. Tapi karena hari itu adalah hari yang cukup istimewa, suami bilang nggak perlu mikirin bill, biarlah si bill dibayarin dulu sama bank (aka kartu kredit) wkwkwk.

Suasana kuliner seafood di Pondok Borneo tampak sederhana. Mereka memang menjual kualitas makanan, bukan menjual suasana. Pengunjung bisa memilih untuk duduk di lantai bawah ataupun lantai dua (AC). Restoran yang berada di Jl. Abdul Hasan No.5 Samarinda, Kaltim ini mudah ditemukan karena berada persis di pinggir jalan, dan asap bebakarannya seringkali menghembus sampai ke jalan raya. Icip-icip kuliner seafood di Pondok Borneo… maknyuuussss!

Bebek Paling Enak di Samarinda : Bebek Pak Janggut

Olahan daging bebek, terutama bebek goreng dan bebek bakar adalah salah satu menu makanan favorit saya (dan suami). Jadi, ke manapun pindah domisili, pastilah saya akan mencari menu ini untuk dicicipi.

IMG_4891

 

Meski belum mencoba banyak tempat, saya yakin Bebek Pak Janggut adalah bebek paling enak di Samarinda. Pertama kali coba, saya langsung setuju. Pertama, karena cita rasa bebek gorengnya yang garing di luar tapi lembut dan gurih di dalam, sampai ke tulang. Kedua, sambal koreknya yang pedas menggigit sangat cocok dipadukan dengan daging bebek gorengnya. Ketiga, karena harganya yang reasonable sesuai dengan rasanya yang enak dan porsinya yang sepadan. 

IMG_4885

bebek goreng jumbo

Untuk bebek goreng / bakar ukuran sedang, dibanderol dengan harga Rp 28.ooo. Bebek goreng disajikan dengan nasi, sambal dan lalapan. Karena kami punya perut yang termasuk besar, maka kami pilih bebek goreng jumbo (seperti di gambar), seharga Rp 32.000.

IMG_4887

bebek jumbo bakar madu

Menu lain yang kami coba di tempat bebek paling enak di Samarinda adalah bebek bakar madu. Makan bebek bakar madu ini lebih enak pakai tangan, terutama karena bumbu manisnya yang menempel di tangan bisa kita jilat sampai habis, haha. Seporsi bebek jumbo bakar madu dibanderol Rp 34.000. Harga tersebut (paket jumbo) sudah termasuk nasi, lalapan dan sambal, serta es teh manis. Selain itu kami selalu memesan tempe penyet untuk pelengkap, seharga Rp 7.000 (sudah termasuk sambal dan lalap). Yang cukup mengagetkan adalah menu ati ampela bebek yang porsinya terdiri dari dua buah ati dan empat buah ampela yang dibanderol Rp 10.000. Murah banget kalau dibanding tempat lain yang rata-rata hanya menyajikan satu pasang ati-ampela-jantung dengan harga tersebut.

Suami saya kalau makan di sini, pasti makan habis sampai ke tulang. Sampai-sampai, tulang bebeknya pun ikutan dijilat juga sampai bumbunya gak terasa.

Usut punya usut, ternyata Bebek Pak Janggut yang menyajikan bebek goreng khas Surabaya ini (yang sudah terkenal enak), ternyata sudah punya banyak cabang di berbagai kota. Seperti di Malang, Surabaya, Lumajang, Kediri, Sidoarjo, Jember dan Pandaan. Di sekitar jabodetabek, Bebek Pak Janggut membuka gerainya di kawasan Serpong. Sedangkan di di Kalimantan, Bebek Pak Janggut membuka cabangnya di Samarinda dan Banjarmasin. So, saya yakin Bebek Pak Janggut bukan cuma jadi bebek paling enak di Samarinda, tapi bisa jadi juga di kota-kota tersebut.

Di Samarinda, Bebek Pak Janggut membuka cabangnya yang menjadi cabang ke-17 di Jalan Mulawarman No.11, dekat dengan Mall Samarinda Central Plaza (SCP). Kesan pertama, begitu menggoda. Itulah yang saya rasakan ketika mencicipi kuliner bebek di Bebek Pak Janggut Samarinda. Sulit rasanya untuk pindah ke lain hati, meski di Samarinda juga mulai bermunculan tempat makan lain yang menawarkan menu yang serupa.

Kalau sudah jatuh hati, saya dan suami sulit untuk berpaling. Jadi, kalau sedang pingin makan bebek goreng atau bebek bakar, pasti larinya ke sini lagi. Soalnya beberapa kali coba yang lain seringkali kecewa, ujung-ujungnya kita membandingkan rasa dengan bebek paling enak di Samarinda ini.

Kuliner Mi yang Melegenda : Mie Ongklok Longkrang

Wonosobo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dengan udara yang sejuk. Berwisata ke Wonosobo akan jadi sangat menyenangkan, karena selain menjadi tempat transit bagi mereka yang hendak berwisata ke Dataran Tinggi Dieng, di kota ini terdapat banyak jajanan dan menjadi tempat wisata kuliner yang tepat.

Salah satu makanan yang menjadi khas Wonosobo adalah Mi Ongklok. Sejak kapan mi ongklok ada dan menjadi makanan khas Wonosobo, saya sih kurang tau ya. Tapi berdasarkan informasi yang saya dapat dari berbagai sumber, ada beberapa warung mi ongklok yang melegenda. Salah satunya adalah Mi Ongklok Longkrang.

Warung sederhana berupa rumah yang menjadi tempat berjualan Mi Ongklok Longkrang milik Bapak Waluyo ini ternyata sudah ada sejak 1975. Warung ini terletak di Jl. Pasukan Ronggolawe No. 14, Wonosobo, sekitar 800 meter dari Alun-Alun Kota Wonosobo. Katanya sih, warung Mi Ongklok Longkrang ini jadi favoritnya para tetamu dari luar negeri, dan juga pejabat-pejabat di dalam negeri. Bahkan sampai tingkat Presiden makan di sini.

Bentuk dan sajian Mi Ongklok Longkrang mungkin sama dengan mi ongklok lain, tapi berbeda dengan cita rasa. Racikan dari sang ahli mungkin yang membedakan, hehe. Ketika saya dalam perjalanan berwisata ke Dieng, saya pun mencoba Mi Ongklok Longkrang untuk pertama kalinya.

W2430_IMG_20130828_095338 

Di setiap meja di warung ini, tersedia satu wadah gorengan tempe yang diiris tipis dan renyah. Adonannya seperti dilengkapi dengan daun kucai (yang juga terdapat dalam racikan mi ongklok), sehingga tepungnya wangi. Rasanya gurih dan renyah, bikin ketagihan. Selama menunggu mi ongklok diracik, saya bisa menghabiskan dua buah gorengan tempe. Belum lagi pas makan mi-nya dan sesudah makan mi. Rasanya pengen bawa pulang. hihihihihi.

W2430_IMG_20130828_095627

gorengan tempe renyah

Mi Ongklok ini memang racikannya agak beda dari menu kuliner mi lainnya. Waktu pertama kali saya ditawari mi ongklok dalam acara dinas dua tahun sebelum ke Wonosobo lagi, saya masih ngerasa gak yakin buat coba. Karena saya liat kuahnya yang agak kental gimana gitu. Tapi ternyata pas pertama kali coba malah pingin lagi.

Racikan mi ongklok terdiri dari mi basah (mi berwarna kuning tapi beda dengan mi di racikan bakso), kubis (kol) dan kucai, lalu disiram dengan kuah kental yang terbuat dari saripati ubi jalar (singkong) lalu dicampur gula merah dan ebi (udang kering). Gak heran kalau kuah mi ongklok ini terasa manis dan juga gurih. Setiap sajian mi ongklok biasanya dilengkapi dengan cabai rawit hijau yang sudah diulek. Sebagai pecinta makanan pedas, tentu gak lengkap rasanya kalo nggak pake cabe ya.

Selain mi ongklok, saya juga memesan sate sapi muda yang setiap porsinya terdiri dari delapan tusuk. Dagingnya tidak terlalu kecil juga nggak terlalu besar. Teksturnya empuk, sama sekali nggak alot. Rasanya gurih, pas banget buat nemenin mi ongklok dan si tempe goreng renyah.

W2430_IMG_20130828_100058

mi ongklok dan sate sapi muda

Gara-gara ketagihan, sepulang dari Wonosobo sebelum kembali ke Jogja, waktu itu saya balik lagi ke warung Mi Ongklok Longkrang untuk memenuhi hasrat ingin makan mi ongklok. Maklum, cuaca sejuk di Wonosobo memang pas kalau makan makanan yang hangat dan berkuah, salah satunya ya mi ongklok ini. Untuk harga, semangkuk mi ongklok dihargai Rp 5.000 saja, sementara sate sapi Rp 15.000, gorengannya mungkin seribu rupiah. Lupa juga sih. Yang jelas, menikmati mi ongklok ini nggak bakalan bikin kantong jebol deh.

Buat yang mau ke Wonosobo, Dieng dan sekitarnya, jangan lupa untuk mampir ke warung Mi Ongklok Longkrang yang legendaris ini ya.

Ke Bandung Nge-Bakso Akung

Buat yang suka wisata kuliner ke Bandung, Bakmi Akung pastinya udah nggak asing lagi di telinga (dan atau di lidah). Bakso yang sudah ada sejak 1996 ini memang cukup fenomenal di Bandung. Waktu masih kuliah di Bandung dulu, saya sempet terhenyak juga ngeliat porsinya yang besar banget. Tapi, yang saya suka adalah suwiran daging ayam gurih di atas mi-nya.

Rumah makan bakso yang terletak di Jl. Lodaya 123 Bandung ini memang berada di tengah-tengah kota. Untuk yang hobi ke Trans Studio Bandung sih cukup dekat ya. Penggemarnya pun selalu membuat penuh tempat duduk di rumah makan Bakso Akung (karena kalau dibilang warung terlalu besar).

Kebetulan, waktu itu saya sehabis menjemput kakak yang tinggal di Tuban, Jawa Timur. Dengan alasan kesehatan, sementara dia sedang hamil muda, dia kepingin sekali pulang ke rumah. Alasannya supaya bisa mengembalikan nafsu makan (dan tentunya jalan-jalan hahaha). Akhirnyalah saya jemput dia ke Tuban dengan bis dan kembali dengan kereta ekonomi. Oh men, perjuangan banget, haaha…

Beberapa hari di rumah, saya ajak dia dan mama ke Bandung. Selain untuk menjenguk sepupu yang baru punya baby, juga kepingin makan Bakso Akung. Rencananya, setelah dari Bandung, mereka mau lanjut ke rumah nenek di daerah Cijulang, Jawa Barat.

Dengan perjuangan ke sana kemari nyari travel untuk ke Bandung, akhirnya dapet juga jadwal yang agak siang dari Baraya Travel BSD pukul 10.00-an. Tadinya kami pengen jam yang lebih pagi supaya bisa jalan-jalan dulu. Tapi karena semua travel penuh, akhirnya kami ambil daripada nggak jadi ke Bandung.

2014411183923

jam keberangkatan baraya travel bsd

2014411184915

2014412100446

Sekira pukul 13.00 kami sampai di Buah Batu dan dijemput kakak cowok yang sampe duluan hari sebelumnya. Lumayan kan bisa nganter ke sana-sini heheee… Dari pool Baraya Buah Batu pun kami langsung cuss ke Bakmi Akung untuk makan siang.

2014412150112

mi yamin manis

2014412150132

bakso, siomay, tahu

Sebetulnya kami pengen pesan yang komplit, tapi waktu itu memang sudah siang menuju sore ya, jadi pangsitnya sudah kehabisan. Saya, kakak cowo dan mama pesan mi yamin manis dengan bakso, siomay dan tahu. Sementara kakak perempuan saya memesan bakso kuah. Untuk minuman, kami memesan es teler, yoghurt sirsak dan teh sejuta umat (teh botol hehe). Lupa berapa banyak yang dihabiskan untuk semuanya, pokoknya setiap porsi makan dan minuman berkisar dari 4.000 – 25.000 tergantung isi yang diminta.

Mengingat tempat ini selalu penuh terutama di saat weekend, akhirnya kami terpaksa duduk di smoking area karena yang lain sudah penuh. Kasihan juga sih kakak kan sedang hamil dan ponakan juga masih balita. Untungnya di kanan-kiri nggak terlalu banyak yang merokok. Saya sebel sama rokok dan perokok, hufffh…

Selesai makan, kami diantar ke daerah Polban, ke rumah sepupu. Semua menginap kecuali kakak cowo yang masih mau muter-muter di Bandung. Besok paginya, mama, kakak dan ponakan diantar ke Terminal Cicaheum sementara saya turun di Pasar Gasibu untuk kemudian ketemu teman, dan pulang kembali ke rumah. Jadi, intinya saya ke Bandung cuma demi Bakso Akung, hahahaaa… Demi bumil, ya gasih, LOL.

Mencoba Kuliner Kalkun di Risto Kalkun Pasmod BSD

Ada kalanya perut ini kepingin makanan yang standar dan tradisional. Tapi ada waktunya juga lidah digoyang dengan cita rasa yang agak berbeda dari biasanya.

Sebetulnya saya nyoba pertama kali makan kalkun ini karena nggak sengaja. Saya memang lebih senang makan di kaki lima atau warung gitusih ketimbang di Cafe atau restoran di mal. Maklum bukan anak mal hehe.. Gak heran kalau Pasar Modern (PasMod) jadi salah satu tempat yang sering saya datangi untuk makan.

Ceritanya, waktu pertama kali coba menu di Risto Kalkun, saya sedang pingin nyoba makanan yang lain dari biasa yang saya makan. Kebetulan memang belum pernah makan kalkun, jadi cukup penasaran sih.

2014209175901

Waktu datang ke warung Risto Kalkun, saya disambut ramah oleh pemiliknya, Risto, yang tak lain adalah adik angkatan saya waktu sekolah. Tapi nggak dapet diskon sih heheee *ngarep*. Karena baru pertama kali coba, kita banyak tanya tentang menu-menu yang mereka tawarin, dan mereka menjawab dengan sabar. Dengan perut yang cukup lapar waktu itu, kami pesan  Kalkun Crispy yang merupakan potongan paha atas dan bawah dalam ukuran yang sangat besar. Ya, sangat besar. Rasanya mirip dengan daging ayam tapi lebih moist dan tasty.

2014209173309

Kalkun Crispy-nya besar banget *matabelo 😉

Menu ini kalau dimakan sendiri pasti bikin kenyang banget, makanya saya putuskan untuk makan berdua, dan ditambah dengan satu porsi potato wedges sebagai tambahannya. Kalau lagi nggak laper-laper banget, menu ini cocok untuk dinner lho. Untuk minuman, saya pesan es teh manis dan Thai tea.

2014209173233 2014209173317

Semua menu di Risto Kalkun disajikan dengan salad dan potato wedges. Tapi yakin deh, buat yang suka rasa gurih dan bawang putih, potato wedges-nya bikin nagih. Saya sendiri suka banget bcoz it’s so tasty and crunchy. Apalagi karena saya juga doyan bawang putih goreng yang gurih.

Lain waktu, saya ke sana lagi. Seriously, kalo lagi pengen makan mewah dan kangen sama rasa daging kalkun, saya pasti balik ke sana. hehe..
Tapi kali ini saya pesan menu yang beda, yakni Kalkun Barbeque dan Steak Kalkun.

2014503183433

Kalkun Barbeque = paha bawah + potato wedges

2014503184955

Steak Kalkun

Rasa Kalkun Barbeque-nya mirip sama Kalkun Crispy, yang bedain cuma jumlah/besaran porsinya aja. Sausnya manis gitu, pas dipadu sama daging kalkun yang lembut dan gurih. Saladnya juga fresh kok. Sedangkan Steak Kalkunnya lebih mirip saus lada hitam. Saya kurang paham sih, tapi rasanya mirip-mirip gitu. Enak kok. Yang pasti, tambahan menu potato wedges tetep harus ada hehehe.. Love it!

Bisa diliat di spanduk warung ini, menu mereka memang nggak banyak. Mungkin karena pengolahan untuk satu menu aja udah cukup ribet yah. Daging kalkun ini gabisa sebentaran aja dimasaknya. Untuk dibuat barbeque bikin kita nunggu 15-20 menit. Yang sabar aja deh, karena menu mereka worth it untuk ditunggu.

Berarti tinggal satu menu yang belum dicoba, Sayap Kalkun Goreng. Agak kurang tertarik sih, soalnya di pikiran saya rasanya bakal mirip sama sayap ayam goreng. Meski saya suka, tapi kalau ke sana lagi saya prefer makan menu yang udah pernah saya makan di atas. Terutama Kalkun Crispy ya, kalau dimakan sendiri pasti nendang banget hehehe.

Overall, puas makan di sini. Kalo boleh saya kasih bintang sih, kesimpulan saya :

– Rasa               8.5/10

– Harga            8.0/10

– Kebersihan   8.0/10

– Service          8.5/10

Buat yang belum pernah makan kalkun, terutama yang tinggal di dekat PasMod BSD, boleh banget cobain Risto Kalkun. Letaknya di dekat pintu masuk mobil (bukan dari arah jalan raya/besar), jejerannya Japanese Food dan Soto Betawi.  Let your tummy be happy!