Kuliner Mi yang Melegenda : Mie Ongklok Longkrang

Wonosobo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dengan udara yang sejuk. Berwisata ke Wonosobo akan jadi sangat menyenangkan, karena selain menjadi tempat transit bagi mereka yang hendak berwisata ke Dataran Tinggi Dieng, di kota ini terdapat banyak jajanan dan menjadi tempat wisata kuliner yang tepat.

Salah satu makanan yang menjadi khas Wonosobo adalah Mi Ongklok. Sejak kapan mi ongklok ada dan menjadi makanan khas Wonosobo, saya sih kurang tau ya. Tapi berdasarkan informasi yang saya dapat dari berbagai sumber, ada beberapa warung mi ongklok yang melegenda. Salah satunya adalah Mi Ongklok Longkrang.

Warung sederhana berupa rumah yang menjadi tempat berjualan Mi Ongklok Longkrang milik Bapak Waluyo ini ternyata sudah ada sejak 1975. Warung ini terletak di Jl. Pasukan Ronggolawe No. 14, Wonosobo, sekitar 800 meter dari Alun-Alun Kota Wonosobo. Katanya sih, warung Mi Ongklok Longkrang ini jadi favoritnya para tetamu dari luar negeri, dan juga pejabat-pejabat di dalam negeri. Bahkan sampai tingkat Presiden makan di sini.

Bentuk dan sajian Mi Ongklok Longkrang mungkin sama dengan mi ongklok lain, tapi berbeda dengan cita rasa. Racikan dari sang ahli mungkin yang membedakan, hehe. Ketika saya dalam perjalanan berwisata ke Dieng, saya pun mencoba Mi Ongklok Longkrang untuk pertama kalinya.

W2430_IMG_20130828_095338 

Di setiap meja di warung ini, tersedia satu wadah gorengan tempe yang diiris tipis dan renyah. Adonannya seperti dilengkapi dengan daun kucai (yang juga terdapat dalam racikan mi ongklok), sehingga tepungnya wangi. Rasanya gurih dan renyah, bikin ketagihan. Selama menunggu mi ongklok diracik, saya bisa menghabiskan dua buah gorengan tempe. Belum lagi pas makan mi-nya dan sesudah makan mi. Rasanya pengen bawa pulang. hihihihihi.

W2430_IMG_20130828_095627

gorengan tempe renyah

Mi Ongklok ini memang racikannya agak beda dari menu kuliner mi lainnya. Waktu pertama kali saya ditawari mi ongklok dalam acara dinas dua tahun sebelum ke Wonosobo lagi, saya masih ngerasa gak yakin buat coba. Karena saya liat kuahnya yang agak kental gimana gitu. Tapi ternyata pas pertama kali coba malah pingin lagi.

Racikan mi ongklok terdiri dari mi basah (mi berwarna kuning tapi beda dengan mi di racikan bakso), kubis (kol) dan kucai, lalu disiram dengan kuah kental yang terbuat dari saripati ubi jalar (singkong) lalu dicampur gula merah dan ebi (udang kering). Gak heran kalau kuah mi ongklok ini terasa manis dan juga gurih. Setiap sajian mi ongklok biasanya dilengkapi dengan cabai rawit hijau yang sudah diulek. Sebagai pecinta makanan pedas, tentu gak lengkap rasanya kalo nggak pake cabe ya.

Selain mi ongklok, saya juga memesan sate sapi muda yang setiap porsinya terdiri dari delapan tusuk. Dagingnya tidak terlalu kecil juga nggak terlalu besar. Teksturnya empuk, sama sekali nggak alot. Rasanya gurih, pas banget buat nemenin mi ongklok dan si tempe goreng renyah.

W2430_IMG_20130828_100058

mi ongklok dan sate sapi muda

Gara-gara ketagihan, sepulang dari Wonosobo sebelum kembali ke Jogja, waktu itu saya balik lagi ke warung Mi Ongklok Longkrang untuk memenuhi hasrat ingin makan mi ongklok. Maklum, cuaca sejuk di Wonosobo memang pas kalau makan makanan yang hangat dan berkuah, salah satunya ya mi ongklok ini. Untuk harga, semangkuk mi ongklok dihargai Rp 5.000 saja, sementara sate sapi Rp 15.000, gorengannya mungkin seribu rupiah. Lupa juga sih. Yang jelas, menikmati mi ongklok ini nggak bakalan bikin kantong jebol deh.

Buat yang mau ke Wonosobo, Dieng dan sekitarnya, jangan lupa untuk mampir ke warung Mi Ongklok Longkrang yang legendaris ini ya.